Kamis, 29 Desember 2011

Strategi Bertahan Terhadap Serangan Wereng


Penyakit yang disebabkan oleh virus ke manusia, hewan, maupun tumbuhan sampai dengan detik ini belum ada obatnya, sebab tergolong penyakit yang  sembuh karena stamina dirinya sendiri (self limiting diseases) sehingga dibuatlah rekayasa biologi dengan vaksinasi/ imunisasi agar terbentuk tentara (antibodi) dalam tubuh.

Ibarat kita, jika terinfeksi virus polio lalu diobati maka tiada hasil, tapi jika sebelumnya dilakukan vaksinasi/imunisasi sejak dini akan bermanfaat, begitu juga tanaman. Ibarat nyamuk malaria yang berbahaya bukan nyamuknya melainkan virusnya/ Plasmodium Tropicana.  Begitu juga wereng tidak begitu berbahaya tapi virus yang dibawa bisa menjadikan gagal panen, jika secara massal mengalami kegagalan akan mengancam ketahanan pangan nasional.
Bacillus sp., adalah bakteri sahabat petani. Selain sebagai pelarut P & K (Rodriquezz dan Fraga, 1999), penghasil hormon (Leveau dan Lindow, 2005), penghasil antibiotik (Rao, 1994), mengendalikan virus antraknosa pada cabai (Triharso, 2004), Bacillus sp juga sebagai penghasil imunomodulator (Isolauri et.al, 2001) artinya menjadikan tanaman kebal terhadap serangan virus. Bacillus sp. dapat sebagai biopestisida begitu juga Pseudomonas sp. sebagai bio kontrol berbagai spora contohnya Plasmodiophora brassicae/akar gada (Cicu, 2005).
Akibat kelalaian kita selama puluhan tahun nyaris hanya memperhatikan kebutuhan kimia tanah, melupakan kebutuhan fisika & biologi tanah, sekarang berdampak rentannya terhadap serangan berbagai penyakit di antaranya virus yang dibawa wereng, karena biokontrol-biopestisida tidak berbiak sempurna di lapangan.
Langkah bijak rasional adalah di tanah tingkatkan kadar C-organik setinggi mungkin sebagai media biak biopestisida tersebut dan diperkaya biangnya Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. (Bio EXTRIM dan ORGANOX). Bukan hanya sekedar pupuk hayati yang mengandung mikroba pengurai atau penambat Nitrogen semata